Event

― Advertisement ―

spot_img
HomeAktifitasPERANG NUKLIR INDIKASI AWAL KIAMAT?

PERANG NUKLIR INDIKASI AWAL KIAMAT?

Mungkin banyak yang tidak menyadari, belakangan ini dunia sebenarnya berada di ambang perang besar, dapat saja menjadi Perang Dunia III, yang dampaknya terhadap kehancuran dunia dan peradaban tidak terbayangkan.

Perang nuklir bisa jadi indikasi awal kiamat di Bumi? Kalangan agamawan ada yang mengatakan, dalam Kitab Suci agama-agama Langit disebutkan bahwa kiamat akan dimulai setelah 80% penduduk Bumi lenyap. Belakangan ini tanda-tanda itu sudah tergambar, jika terjadi perang antar negara menggunakan bom nuklir.

Bom “Little Boy” dan “Fat Man”yang dijatuhkan masing-masing di Hiroshima pada 6 Agustus dan Nagasaki 9 Agustus 1945 dengan kekuatan 15 kiloton telah menimbulkan korban lebih dari 140 ribu tewas akibat ledakan, panas, radiasi dan hancurnya bangunan, serta ratusan ribu lainnya yang luka-luka dan cidera permanen. Ingatan kengerian saat itu masih membekas di kalangan warga Jepang.

Itu 1945. Saat ini bom nuklir berkekuatan antara 100-500 kiloton, sehingga tak terbayangkan kerusakan yang ditimbulkannya kalau digunakan. Negara mana saja yang memiliki bom nuklir? Data awal 2025 menyebutkan ada lebih dari 12 ribu hulu ledak nuklir, 10 ribu diantaranya dimiliki oleh AS dan Rusia, serta Cina, Prancis, Inggris dan India, Pakistan, Israel dan Korea Utara.

Di antara pemimpin negara-negara tersebut kita ketahui cenderung berperangai kurang beradab. Bagaimana kalau diantara mereka terpicu meluncurkan bom nuklir dan lainnya, sebagai unjuk kekuatan, juga menggunakan bom yang berkekuatan sama atau lebih?

Indikasinya adalah: Perang Rusia-Ukraina (2022-kini), India-Pakistan (7-10 Mei 2025); uji coba rudal Korea Utara yang mampu membawa hulu ledak nuklir (Januari 2025), latihan militer besar-besaran Cina (Channel Thunder) dan AS (Talisman Saber), keduanya pada 2025 dan terakhir perang Iran-Israel (10-22 Juni 2025). Itu semua mencerminkan fenomena tentunya mengkhawatirkan, yaitu adanya keterlibatan langsung atau tidak langsung negara-negara pemilik senjata nuklir de jure maupun de facto.

Albert Einstein awalnya mendukung pengembangannya senjata nuklir untuk pertahanan, dan merekomendasikan pengembangan bom atom. Tapi Einstein kemudian menyatakan penyesalannya karena menyadari potensi perang dunia berikutnya, yang dapat menghancurkan peradaban. Ia menjadi pendukung vokal untuk penghapusan senjata nuklir.

Makanya Joseph Rodblat mengatakan. “This is the reality of nuclear weapons: they may trigger a world war; a war which, unlike previous ones, destroys all of civilization.”

Upaya pengawasan dan perlucutan senjata nuklir memang terus berjalan, namun lebih bersifat unilateral, bilateral dan regional, sementara pada tataran global seperti mandeg atau “jalan di tempat”. Geopolitik dunia pasca Perang Dunia II memang diwarnai dengan ayunan pendulum antara upaya teknologi nuklir untuk perang atau tujuan damai. Masyarakat dunia menyadari bahwa teknologi nuklir memang “cannot be disinvented”.

Di lain pihak, teknologi nuklir, apabila digunakan untuk tujuan damai, ternyata dapat memberikan manfaat signifikn. Saat ini, sekitar 30 negara mengoperasikan PLTN, dengan lebih dari 400 yang beroperasi.

Secara global, energi nuklir menyediakan 9-10% listrik di dunia, AS sebagai produder terbesar dengan lebih 90 reaktor dan terus membangunnya; sedangkan kelistrikan Prancis menggunakan 70% tenaga nuklir. Bill Gates pernah menyatakan “Nuclear energy, in terms of an overall safety record, is better than other energy”.

Pertanyaan kita bersama: Apakah mungkin mencegah senjata nuklir tidak lagi digunakan dalam menyelesaikan konflik antar negara?

Semua kecemasan dan kewaspadaan kita akan diulas oleh Institut Peradaban, lembaga kajian isu-isu strategis terkait peradaban yang didirikan oleh Prof. Jimly Asshiddiqie dan Prof. Salim Said bersama sejumlah perwira tinggi TNI/Polri, tanggal 6 Oktober 2025, di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Pembicara utama adalah Dian Wirengjurit, Duta Besar RI untuk Iran, penulis buku tentang nuklir dan geopolitik yang sudah dikenal banyak media, dengan para penanggap :

  1. Duta Besar Prof. DR. Makarim Wibisono, MA

  2. Prof. (H.C) Jaya Suprana

  3. Laksdya. TNI. Purn. Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, M.Sc